Home About Instagram Stuffs Wordpress Facebook

Minggu, 10 Maret 2013

SEKOLAH, SAINS DAN SAHABATKU KARINA



Sudah seminggu ini aku mencoba untuk bangun pagi sendiri. Biasanya aku selalu dibangunkan oleh ibu. Rasanya jadi malu sendiri deh, sudah kelas tiga kok masih dibangunkan ibu terus menerus. Oleh karena itu aku minta dibelikan jam weker. Setiap pukul lima pagi jam weker itu berbunyi nyaring membangunkanku.
Kenapa harus memakai jam weker? Tentu saja agar aku tidak terlambat bangun lagi. Aku sangat cinta pada sekolahku, sangat menyenangkan bersekolah di sini, meskipun hanya SD Negeri, bukan sekolah swasta yang mahal dan mentereng. Aku punya banyak teman dan guru yang baik hati. Aku sering dipuji oleh guru-guru atas kerajinanku piket setiap hari Jum’at. Hal itu lah yang membuatku sangat senang.

Hari ini dimulai dengan pelajaran Sains. Cihuyyy…! Pelajaran favoritku. Selalu ada hal-hal menyenangkan di pelajaran ini. Tidak membosankan sama sekali.
Percobaan Sains hari ini menanam kacang hijau. Deg, gawaaatt! Aku tidak membawa kapas yang akan digunakan untuk menanam kacang hijaunya. Aku bingung sekali. Duh, gimana ya kalau bu guru nanti marah? Jangan-jangan aku akan dihukum, disetrap di depan kelas atau malah disuruh pulang untuk mengambil kapas itu. Wah, jadi panik nih. Aku jadi keringatan dingin deh, deg-degan, membayangkan kejadian buruk yang akan terjadi berikutnya.
Tak disangka-sangka dengan baik hati, Karina, sahabatku sekaligus teman sebangkuku, memberiku kapas untuk percobaan hari ini. Karina baiiiik sekali.  Dia juga memberiku beberapa biji kacang hijau.
Percobaan ini dimulai dengan menaruh kapas di bagian dasar gelas plastik bekas minuman mineral. Kemudian kacang hijaunya di taruh di atas kapas. Harus diberi air dulu nih. Wah, harus ambil air dulu di luar.
Bersama beberapa teman sekelas aku berjalan keluar kelas untuk mengambil air. Air sudah disediakan di depan teras kelas. Tiap-tiap kelas memang memiliki satu ember besar yang digunakan untuk mencuci tangan tiap harinya. Kami bersama-sama mengambil air ke sana.
Waduuuh! Mau ngambil air, eh airnya malah tumpah. Temanku yang bernama Dhevani tidak sengaja menyenggolku gara-gara dia buru-buru berjalan kembali ke arah kelas. Byur, air yang kuambil di gelas plastik itu tumpah ke bajuku.
“Gimana sih Dhev, nih bajuku basah deh ” aku menjerit kesal. Pengin nangis deh rasanya.
“Maaf maaf, aku buru-buru” jawab Dhevani seenaknya. Aku jadi jengkel sekali. Kupelototi dia, tapi rupanya dia tidak perduli. Buru-buru lari ke dalam kelas dan tidak menolongku yang lagi bingung sendiri. Terpaksa deh kuulangi lagi mengambil air, kali ini dengan lebih berhati-hati.
“Kenapa bajumu Vi?” Tanya Karina penuh perhatian. Kuceritakan saja semua kejadian tadi sambil menengok ke belakang, ke tempat Dhevani duduk. Aku pelototi saja dia. Eh, Dhevani malah cuma senyum-senyum. Menyebalkan sekali. Pengin nangis deh rasanya. “Sudah, yang sabar ya Vi, entar kan enggak lama lagi bajumu kering sendiri. Yuk segera kita selesaikan saja percobaan ini.” Bujuk Karina dengan lemah lembut. Aku pun tidak jadi marah. Karina emang “the best”, dia selalu membantuku di setiap saat. Tak lupa kuucapkan terima kasih kepadanya karena telah menghiburku.
Kami pun melanjutkan percobaan sains tadi. Air yang tadi kuambil dituang pelan-pelan ke kapas yang sudah ditaruh di dasar gelas. Nuangnya pelan-pelan saja, soalnya kalau terlalu banyak juga tidak baik untuk perkembangan kacang hijaunya. Itu kata ibu guru kepada kami. Aku minta kepada Karina untuk menuangkan airnya, takutnya nanti kalau aku yang menuang malah tumpah lagi. Tidak mau ah kalau harus gagal lagi. Bisa-bisa nanti aku diejek Dhevani. Huh.
“siapa yang sudah selesai mengerjakan percobaan ini?” tanya Bu Tatik guru kelasku. Aku dan Karina cepat-cepat mengacungkan jari. Beberapa anak yang lain juga ada yang mengacungkan jari. Sepertinya kebanyakan sudah pada selesai mengerjakannya.
“Bagus, pintar-pintar semua ya anak-anak kelas tiga ini. Ibu bangga pada kalian yang rajin dan pintar” puji Bu Tatik.
“Nah, ibu juga mau bertanya, nanti setelah kacang hijau ini diletakkan di atas kapas basah, kira-kira akan berubah menjadi apa?” bu Tatik kembali bertanya.
Tidak kusangka-sangka Karina mengacungkan jari dan menjawab dengan cepat. “Kacang hijaunya akan berubah menjadi kecambah bu”
“Wah, pintar sekali Karina. Betul itu anak-anak, kacang hijau akan tumbuh dengan beberapa kondisi. Bila gelas ini ditaruh di tempat terbuka yang kena sinar matahari, tumbuhnya kan sempurna” begitu bu guru menjelaskan. Kami semua mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan ibu guru kami.
Kedua, percobaan Sains dengan kreatifitas. “Naaah! Sekarang, kita akan mencoba dengan tema bebas. Siapa… yang mau majuuu?” tanya Bu Tatik. “Sayaaa!” jawabku. “Yuk, Rin! Kita maju!” ajakku kepada Karina. “Memangnya mau mencoba apa?” tanya Karina bingung. “Kita menjatuhkan kertas yang sudah di remas-remas dan yang masih utuh. Nanti, aku tanya mana yang cepat. Oke?” aku minta pendapat Karina. “Oke, deh!” jawab Karina.
Aku dan Karina maju. “Halo! Aku dan Karina mau mencoba kertas yang di remas-remas dan yang masih utuh! Nanti, perhatikan mana yang lebih cepat, ya!” kataku. Lalu, aku menjatuhkan dua buah kertas itu. Usai menjatuhkan, aku berkata, “Mana yang lebih cepat?” tanyaku. “Yang di remas-remas!” jawab sekelas dengan serempak. Plokplokplok…! Suara tepuk tangan terdengar. “Baguuus sekali! Kalian berani juga menyebutkan tehnik-tehniknya!” puji Bu Tatik. Aku dan Karina tersenyum malu. Lalu, kami kembali ketempat duduk.
“Ibu mau sedikit bertanya ya kepada Savitri dan Karina. Apa sebabnya kertas yang diremas-remas lebih cepat jatuhnya dibandingkan kertas lembaran utuh?” begitu bu Tatik memberi pertanyaan. Aku saling pandang dengan Karina, kira-kira siapa yang mau menjawab pertanyaan tadi. Akhirnya aku lah yang menjawab pertanyaan.
“Kertas yang sudah diremas-remas akan lebih cepat jatuh karena bidang lebarnya lebih sedikit. Sedangkan kertas yang masih baru, yang masih utuh, lebih lambat jatuh karena bidangnya lebih lebar” jawabku dengan berhati-hati. Aku takut kalau jawabanku nanti salah. Kan malu kalau salah. Untunglah jawabanku benar. Aku senang sekali. Bu Tatik memuji kami berdua sebagai anak yang pintar. Duuuhh senangnya.
Tak terasa waktu istirahat tiba. Pelajaran tadi sangat menyenangkan sehingga waktu tidak terasa. Kok tiba-tiba sudah istirahat ya. Aku dan Karina keluar kelas. Kami pergi ke kantin dan membeli makanan kecil dan es teh. Setelah itu, kami ke kolam ikan di halaman samping sekolah kami. Kami mau curhat satu sama lain. “Mmm… Karina, aku mau ngomong! Sekarang, aku nge-fans banget sama yang namanya buku!” kataku.
“Kamu mau jadi penulis, Vi?” tanya Karina. “Of course!” jawabku. “Kamu setuju enggak kalau aku jadi penulis?” tanyaku.
“Setuju banget! Kalau udah terbit, entar aku beli. Nanti, minta tanda tangannya!” kata Karina.
“Hihihi…! Ya belum tentu kalau naskahku di terima! Makanya doain, ya!” kataku. “Ya tentu dooongg!” jawab Karina. “Kalau aku, jadi pengusaha!” kata Karina.
Teeeeeeeeeeeteeeeeeeeeet…! Suara bel masuk berbunyi. Kami pun kembali masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya, yang tentunya tidak kalah menarik dibandingkan dengan pelajaran Sains tadi. Aku sangat senang bersekolah di sini, meskipun sekolahnya sederhana, tapi gurunya baik-baik dan menyenangkan caranya mengajar, sehingga aku tidak pernah bosan pergi ke sekolah. Apalagi di sekolah ini aku juga menemukan sahabat sejatiku, Karina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar