Sudah seminggu ini aku mencoba untuk bangun pagi sendiri.
Biasanya aku selalu dibangunkan oleh ibu. Rasanya jadi malu sendiri deh, sudah
kelas tiga kok masih dibangunkan ibu terus menerus. Oleh karena itu aku minta
dibelikan jam weker. Setiap pukul lima pagi jam weker itu berbunyi nyaring
membangunkanku.
Kenapa harus memakai jam weker? Tentu saja agar aku tidak
terlambat bangun lagi. Aku sangat cinta pada sekolahku, sangat menyenangkan
bersekolah di sini, meskipun hanya SD Negeri, bukan sekolah swasta yang mahal
dan mentereng. Aku punya banyak teman dan guru yang baik hati. Aku sering
dipuji oleh guru-guru atas kerajinanku piket setiap hari Jum’at. Hal itu lah
yang membuatku sangat senang.
Hari ini dimulai dengan pelajaran Sains. Cihuyyy…! Pelajaran favoritku. Selalu ada hal-hal menyenangkan di pelajaran ini. Tidak membosankan sama sekali.
Percobaan Sains hari ini menanam kacang hijau. Deg,
gawaaatt! Aku tidak membawa kapas yang akan digunakan untuk menanam kacang
hijaunya. Aku bingung sekali. Duh, gimana ya kalau bu guru nanti marah?
Jangan-jangan aku akan dihukum, disetrap di depan kelas atau malah disuruh
pulang untuk mengambil kapas itu. Wah, jadi panik nih. Aku jadi keringatan
dingin deh, deg-degan, membayangkan kejadian buruk yang akan terjadi berikutnya.
Tak disangka-sangka dengan baik hati, Karina, sahabatku
sekaligus teman sebangkuku, memberiku kapas untuk percobaan hari ini. Karina
baiiiik sekali. Dia juga
memberiku beberapa biji kacang hijau.
Percobaan ini dimulai dengan menaruh kapas di bagian dasar
gelas plastik bekas minuman mineral. Kemudian kacang hijaunya di taruh di atas
kapas. Harus diberi air dulu nih. Wah, harus ambil air dulu di luar.
Bersama beberapa teman sekelas aku berjalan keluar kelas
untuk mengambil air. Air sudah disediakan di depan teras kelas. Tiap-tiap kelas
memang memiliki satu ember besar yang digunakan untuk mencuci tangan tiap
harinya. Kami bersama-sama mengambil air ke sana.
Waduuuh! Mau ngambil air, eh airnya malah tumpah. Temanku
yang bernama Dhevani tidak sengaja menyenggolku gara-gara dia buru-buru
berjalan kembali ke arah kelas. Byur, air yang kuambil di gelas plastik itu
tumpah ke bajuku.
“Gimana sih Dhev, nih bajuku basah deh ” aku menjerit kesal.
Pengin nangis deh rasanya.
“Maaf maaf, aku buru-buru” jawab Dhevani seenaknya. Aku jadi
jengkel sekali. Kupelototi dia, tapi rupanya dia tidak perduli. Buru-buru lari
ke dalam kelas dan tidak menolongku yang lagi bingung sendiri. Terpaksa deh
kuulangi lagi mengambil air, kali ini dengan lebih berhati-hati.
“Kenapa bajumu Vi?” Tanya Karina penuh perhatian. Kuceritakan
saja semua kejadian tadi sambil menengok ke belakang, ke tempat Dhevani duduk.
Aku pelototi saja dia. Eh, Dhevani malah cuma senyum-senyum. Menyebalkan
sekali. Pengin nangis deh rasanya. “Sudah, yang sabar ya Vi, entar kan enggak
lama lagi bajumu kering sendiri. Yuk segera kita selesaikan saja percobaan
ini.” Bujuk Karina dengan lemah lembut. Aku pun tidak jadi marah. Karina emang
“the best”, dia selalu membantuku di setiap saat. Tak lupa kuucapkan terima
kasih kepadanya karena telah menghiburku.
Kami pun melanjutkan percobaan sains tadi. Air yang tadi
kuambil dituang pelan-pelan ke kapas yang sudah ditaruh di dasar gelas.
Nuangnya pelan-pelan saja, soalnya kalau terlalu banyak juga tidak baik untuk
perkembangan kacang hijaunya. Itu kata ibu guru kepada kami. Aku minta kepada
Karina untuk menuangkan airnya, takutnya nanti kalau aku yang menuang malah
tumpah lagi. Tidak mau ah kalau harus gagal lagi. Bisa-bisa nanti aku diejek
Dhevani. Huh.
“siapa yang sudah selesai mengerjakan percobaan ini?” tanya
Bu Tatik guru kelasku. Aku dan Karina cepat-cepat mengacungkan jari. Beberapa
anak yang lain juga ada yang mengacungkan jari. Sepertinya kebanyakan sudah
pada selesai mengerjakannya.
“Bagus, pintar-pintar semua ya anak-anak kelas tiga ini. Ibu
bangga pada kalian yang rajin dan pintar” puji Bu Tatik.
“Nah, ibu juga mau bertanya, nanti setelah kacang hijau ini
diletakkan di atas kapas basah, kira-kira akan berubah menjadi apa?” bu Tatik
kembali bertanya.
Tidak kusangka-sangka Karina mengacungkan jari dan menjawab
dengan cepat. “Kacang hijaunya akan berubah menjadi kecambah bu”
“Wah, pintar sekali Karina. Betul itu anak-anak, kacang hijau
akan tumbuh dengan beberapa kondisi. Bila gelas ini ditaruh di tempat terbuka
yang kena sinar matahari, tumbuhnya kan sempurna” begitu bu guru menjelaskan.
Kami semua mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan ibu guru kami.
Kedua, percobaan Sains dengan kreatifitas. “Naaah! Sekarang,
kita akan mencoba dengan tema bebas. Siapa… yang mau majuuu?” tanya Bu Tatik.
“Sayaaa!” jawabku. “Yuk, Rin! Kita maju!” ajakku kepada Karina. “Memangnya mau
mencoba apa?” tanya Karina bingung. “Kita menjatuhkan kertas yang sudah di
remas-remas dan yang masih utuh. Nanti, aku tanya mana yang cepat. Oke?” aku
minta pendapat Karina. “Oke, deh!” jawab Karina.
Aku dan Karina maju. “Halo! Aku dan Karina mau mencoba kertas
yang di remas-remas dan yang masih utuh! Nanti, perhatikan mana yang lebih
cepat, ya!” kataku. Lalu, aku menjatuhkan dua buah kertas itu. Usai menjatuhkan,
aku berkata, “Mana yang lebih cepat?” tanyaku. “Yang di remas-remas!” jawab
sekelas dengan serempak. Plokplokplok…! Suara tepuk tangan terdengar. “Baguuus
sekali! Kalian berani juga menyebutkan tehnik-tehniknya!” puji Bu Tatik. Aku
dan Karina tersenyum malu. Lalu, kami kembali ketempat duduk.
“Ibu mau sedikit bertanya ya kepada Savitri dan Karina. Apa
sebabnya kertas yang diremas-remas lebih cepat jatuhnya dibandingkan kertas
lembaran utuh?” begitu bu Tatik memberi pertanyaan. Aku saling pandang dengan
Karina, kira-kira siapa yang mau menjawab pertanyaan tadi. Akhirnya aku lah
yang menjawab pertanyaan.
“Kertas yang sudah diremas-remas akan lebih cepat jatuh
karena bidang lebarnya lebih sedikit. Sedangkan kertas yang masih baru, yang
masih utuh, lebih lambat jatuh karena bidangnya lebih lebar” jawabku dengan
berhati-hati. Aku takut kalau jawabanku nanti salah. Kan malu kalau salah.
Untunglah jawabanku benar. Aku senang sekali. Bu Tatik memuji kami berdua
sebagai anak yang pintar. Duuuhh senangnya.
Tak terasa waktu istirahat tiba. Pelajaran tadi sangat
menyenangkan sehingga waktu tidak terasa. Kok tiba-tiba sudah istirahat ya. Aku
dan Karina keluar kelas. Kami pergi ke kantin dan membeli makanan kecil dan es
teh. Setelah itu, kami ke kolam ikan di halaman samping sekolah kami. Kami mau
curhat satu sama lain. “Mmm… Karina, aku mau ngomong! Sekarang, aku nge-fans
banget sama yang namanya buku!” kataku.
“Kamu mau jadi penulis, Vi?” tanya Karina. “Of course!”
jawabku. “Kamu setuju enggak kalau aku jadi penulis?” tanyaku.
“Setuju banget! Kalau udah terbit, entar aku beli. Nanti,
minta tanda tangannya!” kata Karina.
“Hihihi…! Ya belum tentu kalau naskahku di terima! Makanya
doain, ya!” kataku. “Ya tentu dooongg!” jawab Karina. “Kalau aku, jadi
pengusaha!” kata Karina.
Teeeeeeeeeeeteeeeeeeeeet…! Suara bel masuk berbunyi. Kami pun kembali masuk ke
dalam kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya, yang tentunya tidak kalah
menarik dibandingkan dengan pelajaran Sains tadi. Aku sangat senang bersekolah
di sini, meskipun sekolahnya sederhana, tapi gurunya baik-baik dan menyenangkan
caranya mengajar, sehingga aku tidak pernah bosan pergi ke sekolah. Apalagi di
sekolah ini aku juga menemukan sahabat sejatiku, Karina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar